Jumat, 19 Agustus 2011

SOTO MIE BOGOR DI BANDUNG

Sejarah Soto di Indonesia

Makanan khas yang konon asalnya dari Cina ini telah menjadi bagian dari makanan masyarakat Indonesia. Dengan menyesuaikan olahan bumbu agar pas dengan lidah orang Indonesia, lahirlah kemudian beragam variasi soto ditanah air.

Menurut Dennys Lombard, dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya, asal mula Soto adalah makanan Cina bernama Caudo, pertama kali populer di wilayah Semarang. Dari Caudo lambat laun menjadi Soto, orang Makassar menyebutnya Coto, dan orang Pekalongan menyebutnya Tauto bahkan beberapa tempat ada yang menyebutnya Sauto.

Antropolog dari Universitas Gadjah Mada, Dr Lono Simatupang, mengemukakan bahwa, soto merupakan campuran dari berbagai macam tradisi. Di dalamnya ada pengaruh lokal dan budaya lain. Mie atau soun pada soto, misalnya, berasal dari tradisi China. China-lah yang memiliki teknologi membuat mie dan soun, ujarnya.

Soto juga kemungkinan mendapat pengaruh dari budaya India. Ada beberapa soto yang menggunakan kunyit. Ini seperti kari dari India, ujarnya. Karena soto merupakan campuran dari berbagai tradisi, ungkap Lono, asal usulnya menjadi sulit ditelusuri. Soto itu seperti dangdut yang mendapat pengaruh dari berbagai tradisi. Ya, sudah kita terima saja.
Penyebaran soto ke berbagai daerah di Indonesia seiring dengan penyebaran manusia. Makanan yang tersebar itu kemudian bisa diterima di tempat lain. Selain itu, makanan juga menyebar karena ada proses industri. Penyebaran ini, lanjut Lono, diikuti dengan upaya lokalitas. Proses lokalitas soto mungkin sama seperti lokalitas Islam maupun Kristen di Indonesia. Inilah yang mengakibatkan muncul berbagai jenis soto di Indonesia.

Konon, di seluruh wilayah kota Kudus, dan beberapa daerah sekitarnya bahkan di Pekalongan, ada larangan untuk memotong sapi. Budaya ini adalah warisan budaya Hindu Jawa yang menganggap sapi sebagai hewan suci, sehingga tidak boleh dimakan. Walaupun budaya Hindu sudah hilang pengaruhnya sejak kisaran 800 tahun yang lalu, kebiasaan tidak memakan sapi masih diwariskan hingga sekarang. Warisan Hindu yang ada di wilayah Indonesia disimbolkan dengan pilihan daging ayam dan kerbau. Mereka sendiri tidak suka menyantap sapi, namun lebih suka menyantap daging kerbau. Alhasil, segalanya serba kerbau: sate kerbau, pindang tetel daging kerbau, dan tentu saja soto/tauto daging kerbau.

Orang cina memiliki aturan dalam makan, seperti, larangan makan daging kerbau, larangan menyisakan makan terutama nasi. Aturan itu merupakn aturan lama yang sudah ditinggalkan oleh orang Cina saat ini.


Bumbu-bumbu yang digunakan pun bercita rasa Jawa, seperti penggunaan kemiri dan peresan jeruk limau sebagai kondimen. Penghidangannya bisa dipilih, apakah langsung dicampur dengan nasinya atau dipisah. Penyajian yang asli adalah dimana nasinya langsung dicampur dengan soto, sesuai dengan selera Jawa yang selalu menyajikan nasi sebagai makanan pokok.
Serbuk koya yang juga ditemukan di lontong cap go meh adalah budaya kuliner Tionghoa peranakan. Serbuk ini dibuat dari santan kelapa yang dikeringkan, berfungsi sebagai penyedap rasa dan penambah tekstur. Berbeda dengan soto ayam Lombok di Malang, koyanya disini sudah ditakar dan tidak biasa ditakar sendiri.

Irisan bawang putih yang digoreng kering, juga merupakan jejak budaya Tionghoa. Cara memasak seperti ini jelas merupakan selera Tionghoa, seperti ditemukan di masakan Tionghoa Pontianak. Masakan Jawa biasanya menggunakan bawang merah, bukan bawang putih, untuk digoreng kering dan digunakan sebagai kondimen.

Cara menjajakan dengan pikulan adalah salah satu akulturasi yang terjadi. Pikulan ini sering dipakai oleh orang cina dahulu, namun untuk sejarahnya sendiri kurang diketahui oleh penulis. Saat orang cina bertransmigrasi ke sini orang Cina banyak yang berjualan dengan cara eceran. Orang-orang Cina-lah yang mendistribusikan banyak barang. Jadi, posisi orang Cina kebanyakan sebagai distributor antara orang Belanda sebagai produsen dan orang pribumi sebagai konsumen.


Berbagai varian soto di indonesia

Soto merupakan salah satu makanan yang sekarang diklaim khas asli indonesia, berbeda dengan sop yang berasal dari budaya barat yang di indonesiakan dari soup menjadi sop. Berbagai macam jenis soto dari tiap daerah telah dikenal masyarakat Indonesia, seperti soto Kudus dari daerah Kudus, soto Betawi yang berasal dari Jakarta, soto Sulung/Ambengan yang berasal dari Madura, soto Medan dari Sumatera utara , soto Banjar dari Kalimantan, soto Bandung,coto Makasar, soto Padang, soto Sokaraja dari Banyumas, soto Bangkong dari Semarang, Tauto dari Pekalongan, soto Kadipiro dari Jogja, soto Lamongan,sauto Tegal, soto mie Bogor, soto tangkar dari Betawi, dll yang sudah lama dikenal masyarakat dan mempunyai penggemarnya sendiri.Pendek kata soto merupakan sajian kuliner nasional Indonesia dengan variasi daerah masing-masing yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Apalagi dikota besar seperti Jakarta yang terdapat hampir semua jenis makanan dari berbagai daerah, juga dikota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, Semarang dll.
Seperti juga berbagai macam soto yang berjenis-jenis tsb sesuai daerah asalnya masing-masing, kesemuanya memiliki ciri yang hampir sama, yaitu masakan daging yang bisa sapi,kerbau atau ayam yang berkuah, bisa bening maupun bersantan, yang dicampur beraneka macam bumbu rempah-rempah, hanya saja jenis rempah-rempah apa saja dan bagian daging sapi apa saja yang digunakan yang membuat perbedaan satu jenis soto dengan yang lain.


Soto Mie Khas Bogor

Salah satu jenis soto yang sudah populer terutama diseputaran Jabodetabek selama lebih 2 dasawarsa adalah Soto Mie Bogor yang memang berasal asli dari daerah Bogor, aslinya menggunakan daging sapi, namun bervariasi jenis daging yang digunakan oleh bermacam pedagang, ada yang menggunakan daging sandung lamur, daging kepala, kikil, babat, tulang muda dsb, bahkan ada yang menggunakan daging ayam, namun dalam kuah yang berbasis sama dengan aslinya, dan disajikan dengan menambahkan bihun/soun dan mie kuning, tomat, kentang, lobak, emping, dan yang paling khas risoles khas Bogor. Soto Bogor  sendiri ada 2 macam, tergantung jenis kuahnya, ada yang bening berbumbu dan ada yang bersantan, tergantung selera konsumennya.
Adapun penyebaran keberadaan soto Bogor yang dominan hanya didaerah seputaran Jabodetabek karena umumnya pelaku usaha ini tidak terbiasa pergi khusus kesatu daerah dan membuka usahanya disana begitu saja, tetapi umumnya mereka cuma mengikut atau magang kerja pada yang telah membuka usaha, sampai akhirnya menguasai keahlian dst, dan mulai membuka sendiri usahanya, dan sebagai contoh di  Bandung yang masih sesama Jawa Barat juga masih langka keberadaan soto mie Bogor ini, ada satu yang ditemukan diseputaran kampus ITB, juga bukan diusahakan oleh orang Bogor, tetapi dengan label "khas Bogor" tentu saja, namun sayang rasanya sudah jauh menyimpang dari aslinya.


Keistimewaan Soto Mie khas Bogor

Soto ini mengunakan lebih dari 10 macam bumbu rempah, yang diolah sedemikian rupa, dan juga jenis daging yang disebut diatas, yang sudah demikian aslinya dari sananya, yang sudah ada sejak zaman sebelum ada Ajinomoto, Sasa dsb, yang artinya semuanya dari bumbu/rempah asli Indonesia, yang ternyata dari dulu sudah dapat dibuat penganan nikmat tanpa tergantung bumbu modern, dan melahirkan rasa yang lezat, gurih, menyegarkan dan bergizi.

" Saung IJO" hadir di Bandung mengusung menu istimewa ini, SOTO MIE KHAS BOGOR, yang mengadopsi falsafah dan teknik yang sama sejak zaman dahulu, untuk menjaga keaslian rasa, kami ingin memanjakan selera kuliner orang Bandung, juga memperkaya khazanah kuliner dikota Bandung,juga memperkenalkan menu lainnya yang juga khas daerah Bogor seperti Sop Kepala Sapi, dll, dan tentunya karena semua menggunakan bumbu lokal segar dan asli, tidak ada alasan bagi kami membuat harga yang tinggi, sehingga dapatlah dikatakan "RASA MAKNYOS, HARGA ANAK KOS", sebagai analogi sederhana saja, sehingga segala kalangan dapat menikmatinya.
Sekarang anda tidak mutlak lagi harus pergi ke Bogor atau Jakarta untuk dapat menikmati Soto Mie khas Bogor, karena kami ada di
Jl.Batik Kumeli 7 - Sukaluyu - Bandung, tempat yang adem, tenang, parkir lega, kami buka dari jam 7.00 pagi sampai jam 21.00 malam, dan selama bulan Puasa kami buka dari jam 12.00 siang sampai sahur. Bagi anda yang membutuhkan informasi dapat menghubungi hp: 081806970250.